assalamu'alaikum

assalamu'alaikum

Restu Harly Pebriani. S.Si

Foto saya
Assalamu'alaikum,,,Zalfa Humaira,,,nama yang diberikan oleh sahabat terbaikq,,, bercita-cita keliling dunia,,,punya niat yang sangat dalam untuk mengunjungi PAPUA dan sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan KIMIA

SAKURA

SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT

Minggu, 05 Mei 2013

Namanya Gladis


Pada hari Jum'at, 3 Mei 2013, aku memutuskan untuk ikut senior aku di Mandoepa ke rumahnya di Cibubur. Setelah dua bulan di Jabodetabek, aku baru beberapa hari ini megetahui ke beradaan kak Via. Kak Via merupakan seniorku di Mandoepa dulu yang paling dekat dengan ku. Sewaktu di Mandoepa dulu aku bersahabat 4 orang. Aku, Iin, Ani dan Fitrah. Kami memanggil kak Via dengan sebutan mami, sampai sekarangpun begitu. Mami bekerja di Sekolah Alam Cibubur sebagai tenaga pengajar ABK yaitu...
Anak-anak berkebutuhan khusus, kebanyakan orang menyebutnya sebagai anak autis, karena tidak ada pekerjaan aku memutuskan untuk ikut ke sekolah. Aku penasaran untuk bertemu langsung dengan anak-anak tersebut. Aku di jemput mami ke Depok dengan motor pukul 07.15 WIB. Pukul 08.00 kami sampai di sekolah. Karena belum makan pagi akupun dapat sarapan gratis dari mami,,hehehe,,maunya gratisassssannnn...

Aku makan di ruangan istirahat guru. Satu persatu tenaga pengajar mulai berdatangan, mereka heran dengan kehadiranku. Mereka mengira aku guru baru. *_*. Selama makan aku berusaha celingukan, mana tau ada murid yang sudah datang. Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, belum satupun dari mereka yang datang. Melihat aku yang seakan mencari sesuatu mami pun memberi tahu kalau mereka masuknya pukul 09.00 WIB kemungkinan 15 menit lagi baru akan datang.

Aku menunggu kehadiran mereka di luar kelas. Udara alam cibubur memang khas, sejuk dan teduh. Apalagi disekitar sekolah alam ini dipenuhi oleh berbagai macam fasilitas pendukung: pepohonan yang rindang, kolam-kolam pemancingan ikan , saung, rumah pohon, lapangan futsal, percetakan keramik, kolam renang, dan berbagai macam fasilitas lainnya yang menunjang proses pembelajaran siswa.

Pukul 08.45, seorang murid datang. Dia datang bersama seorang pria. Aku mengira kakeknya, rambutnya sudah putih. Sementara sang anak yang didorong dengan kursi roda, berusia sekitar 10 tahun. Guru-guru yang ada menyambut kehadirannya. Terutama mami. Gladis,,, Apa kabar ..salam yukk...
 Mami menyalaminya. Gladis kesulitan bergerak. Ia juga tidak bisa mengelurkan kata-kata. Tangannya mulai begerak berusaha menyambut tangan mami untuk salaman.

Sang kakek antusias bercerita tentang Gladis. Sejak sekolah Gladis mulai mengalami perubahan dia mulai cepat menangkap apa yang dibicarkan orang lain walaupun dia kesulitan menyampaikan maksudnya tapi apa yang orang lain bicarakan bisa ia tangkap dan ia jelaskan dengan gerakan tangan dan bahasa isyarat. Untuk kakeknya tentu saja ia bisa memahami semua bahasa isyarat Gladis. Bagi aku yang masih baru aku hanya mengamati gerakan tangannya.

Seiring berjalannya waktu, mobil-mobil mewah mulai berpakiran di halaman sekolah. Wanita-wanita dengan dandanan modis disertai seorang perempuan dan anak laki-laki yang berlarian tanpa bisa dihentikan. Aku sudah bisa menebak, sang mama, anaknya dan seorang baby sister. Setelah Gladis datang seorang anak laki-laki. Marco, aku hafal sekali anak ini. Baru datang dia langsung menghampiriku,tersenyum dan menarik tanganku. Aku yang tidak terbiasa menghadapi ABK(Anak Berkebutuhan Khusus) jadi gelapan, aku merasa pergelangan tanganku sakit karena ditarik. Si Mbak hanya tersenyum melihat tingkah Marco padaku. Ternyata dia bermaksud bersalaman denganku. Seusai bersalaman dia langsung pergi. Lari kesana kemari.

Satu persatu datang, ada yang ditemani sang mama sampai kelas, ada yang ditemani oleh mbaknya. Yang menarik perhatianku adalah, mobil yang terparkir di halaman. Dan wanita-wanita pendamping si murid. Masing-masing di dampingi oleh supir dan baby sister. Aku mengira mereka sekedar mengantar. Rame juga ya. Sampai pukul 09.00 lewat sekitar 12 anak sudah hadir. Hanya Gladis seorang yang perempuan. Selebihnya cowok.

Hari ini jumat, jadi agenda pembelajaran adalah di lapangan. Bernyanyi dan berjemur. Karena bukan guru aku hanya melihat dari jauh, walaupun mami minta untuk bergabung, aku masih was-was. Masih berusaha adaptasi. Dari pukul 09.30-10.00 agendanya adalah bernyanyi dan berjemur. Sudah kebiasaan anak-anak ,mereka akan melakukan apa yang mereka ingin lakukan. Berlarian kesana kemari. Menangis.,minta pulang, ada yang memandingi mamanya saja, ada yang ikutan nyanyi. ada yang diam, ada yang tidur dll. Sementara Mama dari beberapa murid tampak mengabadikan agenda berjemur dan bernyanyi ini dengan berfoto ria.

Pukul 10.00 satu persatu orang tua murid mulai meninggalkan sekolah, aku kira mbak dan supir nya juga. OOOhhh..tidak,,aku salah.. Mbak-mbak serta sopirnya menunggu di Saung, agak jauh dari rungan kelas dan mobil mewah mereka tetap terparkir nyaman di parkiran sekolah. Aku hanya menebak. Dari penglihatan sekilas, anak-anak ini berasal dari kalangan atas.

Dari pukul 09.00-11.00 aku belum bisa bergabung. Aku hanya mengamati dari jauh. Agenda dari 10.00-11.00 WIB adalah bermain futsal. Aku tak ikut bermain tetap mengamati. Dari cerita mami, aku bisa tau, untuk masuk sekolah alam ini  untuk biaya masuk, setiap murid harus mengeluarkan biaya Rp. 10.000.000,00 dan untuk uang bulanan Rp. 5.000.000,00,,,wowww,,,(perbulan)

Fantastis,,, dugaan ku dari awal tidak salah...aku bergidik membayangkannya,,,uang kuliah ku satu semester (perenam bulan) hanya sepertiga dari biaya tersebut. Hmmm,,,begitulah..mereka terlahir dengan berkebutuhan khusus dari orang tua yang berkecukupan. Aku justru berfikir, mereka adalah anak-anak yang beruntung walau mungkin mereka berfikir mereka kurang beruntung.Segalanya diciptakan Allah berkeadilan, Tergantung dari sisi mana kita melihat. Setidaknya aku bisa mengambil manfaat dari sekolah ini. Bersyukur atas apa yang Allah limpahkan padaku.

Agenda Futsal pukul 11.00 berakhir. Gladis walaupun ia tak bisa berdiri tetap semangat memainkan bola yang ada disekitarnya. Inilah awalku mengenalnya secara dekat. Masing-masing guru memegang 4 murid dan Gladis adalah murid mami. Karena Gladis harus di dorong dengan kursi roda aku memutuskan memilih Gladis dan mami menyerahkan penanganan Gladis untuk selanjutnya padaku.

Aku mendorong kursi rodanya dari lapangan futsal dan mami disamping. Aku pun bertanya Gladis berapa orang bersaudara. Ia mengerti pertanyaanku. Dengan gerakan tangannya ia mengacungkan jari tengahnya. Satu orang. Ooo anak tunggal toh. Diantar kakek ya terus??? Kakek..mami menimpali. Aku menjawab: Yang ngantar tadi pagi loh mi..ohhh..itu Daddynya kata Mami,,,what???
hehheheheh,,,swry mi,,kirain itu kakeknya...hehheh,,,sementara aku berdiskusi dengan mami, Gladis hanya memandangiku. Kamipun masuk ruangan. Semua pintu dikunci. Wajar,,,karena semua anak ini berlarian kesana kemari. Kalau pintunya tidak dikunci. Tidak mudah untuk menangkap mereka yang sangat agresif.

Ketika di ruangan aku melihat ada seorang anak perempuan, namanya Micell. Aku baru melihatnya dari lapangan futsal tadi. Dia berteriak-teriak dan mengganggu semua murid yang ada diruangan. Pada akhirnya seorang guru membawanya keruangan bermain. Ruangan yang dipenuhi oleh mainan. Ia pun dikunci didalam. Bukannya berteriak minta keluar ia malah bersorak kegirangan dengan permainan. Aku mengira ia akan mendapat hukuman. yachhh namanya juga ABK, jadi hukuman bagi mereka adalah tempat bermain. Micel asyik berteriak sendiri diruangan. Semua mainan dalam ruangan dia jamah. Aku yang tak terbiasa justru khawatir mengira anak ini akan mengamuk diruangan. Satu jam berlalu. Selama anak-anak istirahat dan bermain di ruangan tengah. Micel asyik sendiri berteriak dengan permainannya di Ruangan Permainan. Tak sedikitpun ia ingin keluar ruangan. Anak ini berkebangsaan India. Bertubuh tinggi,padat,dan berkulit hitam dan sangat kuat sekali. Kalau sudah ada mau, guru-guru akan kewalahan menghadainya, tapi kalau apa yang ia inginkan tercapai ia pun akan asyik dengan dunianya sendiri.

Pukul 12.00 agendanya makan siang. Aku bertugas memperhatikan Gladis. Aku kira ia tidak akan bisa makan sendiri. Ia membawa bekal roti. Aku memotong-motong kecil rotinya dan meletakkannya di dalam piring. Aku mulai menyuapinya. Ia menolak dan mengambil sendok dari tanganku..oh...ternyata ia ingin makan sendiri. Aku salut, anak-anak lain yang berbadan tegap dan mempunyai tangan yang normal untuk makan, malah disuapi oleh guru-guru. Walaupun terlihat kesulitan, ia tetap makan sendiri. Akupun harus menyediakan banyak tisu karena terkadang lebih banyak makanannya yang keluar dibandingkan dengan yang masuk, selama 20 menit ia bertahan. Dan aku disetia disampingnya dengan kotak tisu disampingku. tampaknya ia mulai kewalahan. Pada akhirnya ia memengang tanganku. Isyarat mata dan tangannya aku bisa mengerti ia minta disuapi. salut sekali dengan perjuangannya. Anak ini mandiri dengan segala keadaan. Dan punya semangat yang luar biasa.

Semangat yang luar biasa ini aku lihat kemungkinan dari semangat dan kasih sayang Daddy padanya. Sewaktu mengantar Gladis pagi hari aku bisa melihat dengan jelas Daddynya sangat menyayangi Gladis dan selalu menceritakan kelebihan Gladis. Baginya anak semata wayangnya benar-benar anak yang luar biasa dan aku juga bisa melihat itu. 30 menit berlalu. Hanya dua potong kue yang bisa dihabiskannya dari 3 kue yang ia bawa. Bagiku cukup 2 menit untuk memakannya tapi bagi ABK menghabiskan makanan dengan menyuapi sendiri itu adalah prestasi tersendiri.

 Agenda selanjutnya adalah ke Ruangan Permainan, karena baru makan, aku meminta Gladis untuk duduk saja. Tapi,,anaknya memang penuh semangat. Dia menarik jilbabku minta masuk ke dalam box yang berisi bola-bola kecil. Awalnya aku ingin memasukannya. Tapi mami bilang istirahat dulu. Aku membiarkannya bermain diluar kotak. Tapi dasarnya memang ingin masuk box, jilbabku tidak lepas dari tarikannya. Akhirnya mami memasukan Gladis kedalam ruangan bola. Dia girang bukan main. Aku istirahat shalat.Selesi shalat dia masih tetap di dalam box tidak mau keluar.

Agenda selanjutnya adalah membuat keramik. Aku membawa Gladis mencetak berbagai macam hiasan bunga dari keramik. Beberapa anak sudah mulai ada yang menangis minta pulang. Sementara Gladis bersamaku membuat cetakan, mami mengawasi anak-anak yang lain. wah,,,aku yang awalnya enggan menyentuh tanah liat mau tak mau ikut bermain tanah,,hehheeh,,,asyik juga,,,kalau di Jadikan Bisnis asyik juga,,hagks hagsk,,,,tapi tak lah,,aku tak punya kompetensi dalam hal-hal yang berbau kerajinan tangan. Hasil cetakan Syakil teman satu kelompok Gladis jauh lebih bagus di bandingkan dengan hasil cetakanku. Hmmm..Makhlum pertama kali,,hehhehe *alessannnnnnnnnnn

Karena anak-anak sudah mulai banyak yang menangis, akhirnya agenda membuat keramik hanya sebentar. Kamipun kembali keruangan. Didalam ruangan mami tampak sibuk membuat laporan perkembangan anak untuk diberik pada orang tua murid. Sementara aku setia mendampingi Gladis karena dia tidak bisa ditinggal sendirian. Marco selalu disampingnya. Bukannya ingin bermain tetapi selalu saja mengincar kursi roda Gladis. Kalau tidak ditemani, Gladis bisa jadi bulan-bulanan keisengan. Marcolah yang paling sering usil. Karena dia suka sekali naik kursi roda. Anak-anak yang lain lebih asyik dan sibuk dengan diri mereka sendiri.

Ketika di ruangan, Gladis kembali menarik jilbabku. Dia suka menarik jilbabku jika ada yang ingin disampaikannya. Tangannya digerakkannya dan mulutnya di monyongkan, oohhh,,haus ya...aku segera mengambil air. Baru satu sendok..tangannya pun mulai bergerak dan mencoba menarik jilbabku lagi, kali ini pandangannya mengarah ke tas pink miliknya. Aku menangkap maknanya. Aku mengambil tasnya. Dia segera beraksi lagi. Awalnya aku kurang paham. Pada akhirnya aku bertanya : Gladis mau makan???? dan dia pun dengan segera tersenyum,,,hohohoho,,,ternyata dia lapar..heheheh

yach,,wajar saja,,tadi dia hanya menghabiskan 2 potong kue kecil, dan kalau aku prediksi hanya satu kue yang sepenuhnya bisa ia telan. Selebihnya menghiasi tisu...*_*...
Aku segera mengambil kuenya,,yang bewarna putih..kali ini dia tidak menolak disuapi. Bermain di ruangan box dan membuat keramik tampaknya menguras tenaganya. tapi beberapa suap, ia menolak makan. Aku kira dia sudah kenyang, lagi-lagi jilbabku jadi sasaran tarikannya. Aku sudah bisa mengartikan, bearti ada kemauan lain. Ternyata dia mau kue coklatnya yang masih sisa satu lagi. Akupun segera menyuapinya.

Tidak mudah menyuapinya. lebih banyak yang keluar daripada yang masuk. Akhirnya aku beranikan diri bicara, Gladis..hmm kalau mau makanannya masuk semua, kepalanya ditegakkan sedikit dan airnya langsung ditelan ya, jangan dikeluarkan lagi, ia tampak paham maksudku, beberapa suapan berikut berhasil, dia makan tanpa tumpah, tapi beberapa suap kemudian tumpah lagi,,,dan dia tersenyum, seakan malu padaku. Aku hanya tersenyum. Gladis pasti bisa,,ok kita coba lagi ya,,makannya tidak sampai tumpah ok...aku menyuapinya lagi. Dia tampak berusaha keras, agar makanannya bisa dia makan sepenuhnya dan dia selalu menatapku dan tersenyum setiap kali berhasil tidak menumpahkan makananya, walaupun tidak bisa bicara dari sorot matanya aku bisa membaca seakan dia berkata : Hore aku bisa makan tanpa tumpah lagi *_*

Kali ini hanya butuh beberapa menit, setiap kali dia mau menumpahkan makanan karena kesulitan mengunyah, setiap kali itu juga dia melirikku dan melihatkan kemampuannya untuk berusaha agar tidak tumpah. Aku salut dengan perjuangannya dan aku sangat suka dengan senyumannya. Ini hari pertama aku bertemu dengan nya. jam sudah menunjukkan pukul 14.00 waktunya murid pulang. Dia sangat suka sekali menarik jilbabku. Pada akhirnya aku tanyakan pada mami, apa memang seperti itu, mami bilang dia sangat suka dengan orang berjilbab, walaupun berlainan keyakinan tetapi dia sangat senang dengan orang berjilbab. Dan dia menarik jilbab, itu tanda dia suka dengan orang tersebut,,hohhohohoho...

Aku sempat mengira dia menarik jilbabku hanya karena ingin menyampaikan sesuatu. Tapi ternyata memang dia suka menarik jilbab. Dia suka orang berjilbab. Bahkan mami bilang kalau berdoa dengan Daddy nya tangannnya ditelungkupkan, tapi kalau sama mamanya tangannya ditengadahkan seperti orang islam berdoa.
Aku tak tau pasti. Mau bertanya ke Gladis dia masih kecil untuk hal itu.

Kenangan yang indah. anak-anak yang penuh senyuman dan semangat
SAMPAI JUMPA LAGI GLADIS *_*





Tidak ada komentar: